YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Senin, 17 Desember 2012

NASYID

             Seni pertunjukkan adalah seni yang memayungi beberapa ragam seni. Beberapa diantaranya adalah seni tari, seni teater, film, dan seni musik. Dalam pembahasan ini penulis akan menjabarkan nasyid, sebuah pertunjukkan yang merupakan salah satu anak cabang dari seni musik. Nasyid merupakan suatu kesenian islami yang berasal dari tanah Arab. Nasyid memiliki arti ansyada-yunsyiddu, yang artinya bersenandung. Lirik-lirik dalam nasyid berisi puja-pujian, permohonan, atau terkadang doa terhadap Allah sang pencipta. Topik yang disajikan pun beragam, mulai dari hubungan antar sesama, hijrah, shalawat, perjuangan, pernikahan, aqidah, orang tua, dsb. Nasyid dahulunya dibawakan secara acapella, ataupun dengan tambahan gendang saja. Namun, seiring berjalannya waktu, nasyid berkembang dan menggunakan instrumen-instrumen musik lainnya, seperti gitar, piano, seruling, ataupun biola untuk membawakan pesan islam (media dakwah).


Sejarah Nasyid
Nasyid adalah suatu kesenian yang dipercaya berkembang dari zaman Rasullullah SAW yang ketika itu hijrah dari Makkah ke Madinah atau yang dahulunya bernama Yastrib. Ketika itu kaum Anshar (kaum penolong) menyambut kedatangan rasul dengan penuh sukacita diiringi senandungan yang sekarang kita sebut dengan nasyid. Semakin lama nasyid di Arab dan luar negeri berkembang sesuai dengan kondisi di masa pada saat itu. Sebagai contoh, ketika Israel dan sekutunya Amerika berusaha menguasai Timur Tengah, nasyid memberi warna dengan menyajikan lirik-lirik perjuangan yang ditujukan untuk menjadi penyemangat para mujahid yang sedang berjihad.

Sejarah Nasyid di Indonesia
Masuknya nasyid ke Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh musik qasidah. Qasidah masuk lebih dahulu ke Indonesia daripada nasyid. Pada awal 1966/1967, hampir semua wilayah memiliki tim qasidah. Qasidah ini lalu berkembang menjadi qasidah gambus. Salah satu grupnya, yaitu El-Surayya mengembangkan sayap dari qasidah ke nasyid. Nasyid di Indonesia mulai masuk di kampus-kampus pada tahun 80-an. Ketika itu, nasyid dibawa oleh aktivis-aktivis kampus. Liriknya pun masih berbahasa Arab. Kemudian nasyid berkembang tidak hanya di kalangan mahasiswa saja, melainkan juga di masyarakat umum. Nasyid sebenarnya telah mengalami pergeseran makna. Nasyid berarti senandung bukanlah nyanyian. Sedangkan nyanyian dalam bahasa Arab lebih diistilahkan dengan Al-Ghina. Entah siapa yang membawa pergeseran makna tersebut. Yang jelas, munsyid (panggilan untuk penyanyi nasyid) mampu mengambil perhatian masyarakat awam akan kebutuhan lagu islam.

Posmodernitas dalam Nasyid
Nasyid adalah musik yang berkembang sesuai dengan periode posmodernisme. Ia memberi pesan bagi seluruh umat manusia dan muncul sebagai perlawanan terhadap musik-musik modern beraliran rock, R & B, hip-hop, pop, dangdut, atau musik-musik yang beraliran musik barat yang sekarang ada. Ia hadir bukan sembarang hadir. Namun, mempunyai tujuan dan aturan-aturan tertentu. Tujuan utamanya adalah menyiarkan agama Islam secara universal. Nasyid hadir dengan tema dan lirik seputar dakwah dan kehidupan saja. Jarang sekali atau bahkan tidak pernah kita temukan nasyid bertemakan percintaan sepasang kekasih. Adapun tema cinta dipilih karena ingin menyampaikan pesan cinta terhadap sang Pencipta atau sesama saja. Nasyid bertujuan sangat baik, oleh karena itu dibawakan dengan jalan dan cara yang baik, munsyid haruslah bernyanyi menggunakan pakaian sesopan mungkin sesuai dengan syariat Islam. Alat musik dalam nasyid sebenarnya dibatasi, hanya berupa acapella, sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan.
Penandaan posmodernitas pada nasyid sangatlah jelas terlihat dengan adanya perubahan-perubahan yang ditampilkan nasyid. Bila pada sebelumnya Indonesia dikenal dengan music rock, pop, dangdut, dsb, nasyid memberi warna baru dengan tatanan objek yang rapi dan kondisi yang sarat dengan makna. Nasyid datang sebagai pendekonstruksi seni musik lain yang tidak sesuai dengan Islam.

Nasyid dan Feminisme
Grup vokal “Bestari”, pada awal tahun 90-an menandai kemunculannya dalam dunia nasyid yang selama ini disemarakkan oleh kaum lelaki. Grup vokal yang digawangi oleh Asma Nadia ini mendapatkan pro-kontra. Sebagian mendukung karena kelahiran Bestari merupakan sebuah dorongan bagi muslimah lain untuk bangkit dari pundak lelaki. Bestari mengatakan bahwa wanita memliki potensi lebih baik daripada pria dalam hal bernyanyi. Sebagian lain kontra terhadap pernyataan tersebut.
Feminisme ternyata tidak melulu dikaitkan dengan kesetaraan dalam bidang pekerjaan maupun politik saja dalam hal ini. Pada sisi lain, masalah feminisme telah merasuk ke dalam seni musik yang satu ini, sehingga pada awal mula kelahirannya, Bestari mendapat beberapa kecaman karena berusaha mendobrak masuk ke wilayah yang seharusnya tak terjamah wanita. Dalam Islam memang banyak ulama yang berpendapat bahwa suara wanita dapat menyebabkan bangkitnya syahwat lelaki yang dapat menimbulkan hawa nafsu. Karena dalam Islam, suara wanita merupakan aurat. Islam telah mengatur sesuatu sedemikian rupa, sehingga keindahan wanita dapat disalurkan lewat media-medianya yang lain, seperti menulis atau membuat seni-seni rupa dan kriya, seperti melukis, merajut, membuat keramik, dsb.

Kritik Seni terhadap Nasyid dari Yusuf Islam and Children - Bismillah
I am a Muslim, the things I say
In everything I do everyday
We are Muslims, the things we say
In everything we do everyday

Oooh, Bismillah,
Oooh, Alhamdullillah (x2)

I am a Muslim and this I know
I need to eat so that I will grow
We are Muslims and this we know
We need to eat so that we will grow

When we eat we say Bismillah
When we’re full, we say Alhamdullillah (x2)

Water, juice and milk, these I think
Are so delicious for me to drink
Water, juice and milk, these we think
Are so delicious for us to drink

When we drink we say, Bismillah
When we’re done we say Alhamdullillah (x2)

Going out with my mum and dad
Coming home, oh what fun we had
Going out with our mum and dad
Coming home, oh what fun we had

Driving in the car, Bismillah
Coming safely home, Alhamdullillah (x2)

I go to sleep saying Allah’s name
And in the morning I do the same
We go to sleep saying Allah’s name
And in the morning we do the same

When we sleep we say Bismillah
When we rise we say Alhamdullillah (x2)

Lagu dari Yusuf Islam and Children, “Bismillah”, menjelaskan seorang muslim yang memulai segala sesuatu yang baik dengan kata Bismillah. Yusuf yang notabene seorang muallaf mencoba mengajarkan anak-anak yang merupakan stage yang baik sebagai seorang pembelajar, bahwa segala sesuatu ada aturannya. Bismillah adalah ucapan untuk membuka dan alhamdulilah adalah ucapan untuk menutup.
Yusuf Islam menyajikan lagu untuk anak-anak dengan suguhan acapella yang menarik. Lirik yang simpel dipadukan dengan tema yang ringan bagi anak-anak, membuat lagu ini sempat booming di pasar dunia. Walaupun tidak menggunakan piano, biola, gitar, atau drum sebagai instrumen penghibur, Yusuf Islam and Children mampu membawakan nasyid ini dengan style yang disukai anak-anak pada umumnya.
Pada lagu ini Yusuf tidaklah bernyanyi, Ia hanya memberi sentuhan acapella pada lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak. Ia memberi nilai keindahan pada nasyid ini dengan backing vocal yang cocok dengan karakter suara si anak. Pada awal mula lagu tersebut, terdapat intro dari seorang guru untuk anak-anak muridnya. Guru menanyakan apa yang harus dibaca sebelum memulai sesuatu dan anak-anak menjawab “Bismillah”. Kemudian guru menanyakan apa arti dari bismillah, seorang murid menjawab dengan mengatakan “Dengan menyebut nama Allah”. Hal tersebut merupakan attention getter yang baik dalam sebuah lagu, apalagi penikmat lagu tersebut adalah anak-anak.
            Selain memberi nilai keindahan, Yusuf juga memberi nilai pengetahuan dan kehidupan. Coba kita lihat liriknya:
I am a Muslim, the things I say
In everything I do everyday
We are Muslims, the things we say
In everything we do everyday

Oooh, Bismillah,
Oooh, Alhamdullillah
           
Dari lirik di atas, Yusuf mencoba memberi pesan terhadap anak-anak khususnya, dan dewasa pada umumnya, bahwa yang harus dilakukan seorang muslim adalah mengucapkan bismillah dan alhamdulillah di sela-sela kegiatan kita.
            Selain itu, bait keempat, keenam, kedelapan, dan kesepuluh juga mengajarkan kita untuk menyisipkan dua kata tersebut pada saat memulai atau mengakhiri makan, memulai atau mengakhiri minum, ketika ingin bepergian atau pulang, dan ketika ingin tidur dan bangun tidur.
            Melihat dari segi teori jarak psikis, tentulah nasyid ini sangat membantu anak-anak dalam belajar mengenai Islam, tetapi sekarang ini lagu-lagu seperti ini sudah mulai ditinggalkan layaknya lagu-lagu anak yang terkenal di era 90-an. Orang lebih banyak acuh tak acuh dengan nasyid anak seperti ini.

Pengaruh Nasyid di Kalangan Pemuda
            Memang tak dapat dipungkiri bahwa nasyid telah membawa pembaharu bagi pemuda muslim dewasa ini. Nasyid telah berubah menjadi trend di kalangan pemuda. Ada yang tetap memegang teguh cita-cita nasyid itu sendiri yakni menyiarkan suara Islam melalui syair untuk membendung arus musik-musik barat. Namun terjadi juga pergeseran dengan menjadikan nasyid sebagai sebuah hal untuk menyalurkan perasaan hati dalam hal ini mengenai cinta lawan jenis.
            Nasyid-nasyid yang memiliki pergeseran tersebut mempengaruhi sebagian pemuda dari segi tingkah laku yang menyerupai pemuda yang mendengarkan musik biasa dan melupakan cita-cita besar dari nasyid itu sendiri.

Daftar Pustaka

Al-Manhaj. 2006. “Nasyid-Nasyid Islami Adalah Kekhususan Orang-Orang Sufi”. Dalam http://www.almanhaj.or.id/content/1734/slash/0
Kamal, Mundzir. 2008. “Sejarah Perkembangan Nasyid di Nusantara dan Sumbangannya
Lirik Nasyid. 2009. “Bismillah”. Dalam http://liriknasyid.com/index.php/lirik/detail/4085/yusof-
islam-and-children-bismillah.html.
Maktabah Jamilah. 2010. “Hukum Nasyid Islami”. Dalam http://www.maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/hukum-nasyid-islami.html
Nasyid Center. 2012. “Pengertian Nasyid”. Dalam http://www.nasyid-
center.com/2012/03/pengertian-nasyid.html.
Pasar Kreasi. 2012. “Sekilas tentang Musik Nasyid”. http://www.pasarkreasis.com.
Tim Estetika Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Estetika: Sastra, Seni, dan
Budaya. 2008. Jakarta: UNJ Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar