YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 20 Januari 2013

Pona is a part of my life!



Terkadang saya suka berfikir (Ketawan deh mikir kadang-kadang)

Kenapa sih orang gak suka kucing? Padahal kucing itu kan lucu. Bener kan??? (Jawab!!! Grrr!!!)
Yah, saya mulai suka kucing ketika saya duduk di bangku SD. Entah kelas satu atau dua ya ketika itu. Kucing menjadi teman terbaik saya, setelah adik pertama saya Yoga Primaguna. Kalau saya lagi males main sama si ade, jadilah saya main sama si empus.

Kucing pertama saya bernama si Pona. Terinspirasi dari film kartun masa itu. Lupa sih nama film kartunnya apa. Yang saya inget di kartun itu si Pona digambarkan dengan wajah yang lucu, bulunya putih, dan ngegemesin karena di kartun itu dia jadi kucing seorang penyanyi cantik.

Di kartun itu juga, ada kucing yang gembrot and jelek, namanya Dora. Jelek, karena yang punya juga kaya Giant. Pemikiran saya, nama Dora imut. Buktinya Dora emon, Dora nya si boots, atau Dora yaki. Jadilah kucing yang dilahirkan ibunya Pona, ngelahirin saudara kembar si Pona, yang saya kasih nama si Dora. Pona sama Dora akrab banget. Mereka itu manja. Itu semua memang sudah menjadi kebiasaan saya dan Yoga manjain mereka (inget Yoga bukan piaraan saya).

Pona dan Dora itu suka nya dielus-elus. Gak kucing gak manusia emang suka banget dielus. Buat urusan nyayang binatang kaya ngelus gini, saya dan Yoga emang udah diajarin sejak kecil. Ibu paling suka kalau ada binatang manis di rumahnya. (Inget manis). Yah, dulu ibu punya piaraan kucing yang juga dibiarkan ibu tidur diatas kasur springbed nya.  (Saya juga suka kucing tapi gak gitu amat, karena takut dia buang air di kasur).

Pona itu memang lebih manis dari Dora. Ya makanya saya namain Pona bukan Dora. Walau begitu Dora gak kalah waw kok. Terkadang Dora, terlihat ngerasa iri kalau orang rumah lebih memperhatikan Pona daripada dirinya. Lalu ia memutuskan untuk bunuh diri di pinggir kali dengan makan tulang ikan sebanyak-banyaknya. Jadi dengan keselek tulang ikan dia akan mati mengalah demi si Pona saudara kembarnya. (Ya iya kali)

Ya, Dora jadi tidak terlalu dimanja karena memang gak seunyu Pona. Dielus duluan Pona, dikasi tulang duluan Pona, dikasi masuk rumah duluan Pona, diajak ke warung duluan Pona, diajak main karet duluan Pona, diajak spa juga duluan Pona. Pokoknnya Pona is number one.

Semenjak itu, kehidupan keluarga saya menjadi ramai karena keberadaan Pona (Dora juga). Namun, keadaan berubah pada 13 Juni 2003. (GOSH, sampe apal tanggalnya). 13 zaman saya kecil emang jadi angka sial (sinetron berhasil meyakinkan saya kala itu). Ya, sialnya Pona yang lucu itu wafat karena sesuatu yang harusnya dimakan musuhnya. RACUN TIKUS. Dia memakan sebongkah ayam yang telah diberi racun tikus oleh tetangga saya pada pagi naas tersebut. (cerita versi mbah saya) :’’(

Pagi itu, pulang sekolah tiba-tiba ia terduduk sambil cegukan di halaman depan pintu rumah.  (Yang pulang sekolah saya!). Seperti minta bantuan dia sengaja duduk di depan pintu. Saya bingung. Sedih. Jadi gak mood nonton film india kesayangan saya yang kala itu mungkin memutar Pretti Zinta atau Rani Mukherje.

Nafasnya, semakin mengecil, muntahnya semakin banyak. Ketika itu saya selalu di depannya, takut-takut dia ingin mewasiatkan sesuatu pada saya. Saya bimbing dia shalawat. Tapi dia cuma diem Allah berkata lain. Ya, saya harus mengikhlaskannya. ________________________________________________________________________________

Akhirnya dia pergi untuk selama-lamanya. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Tak apa, saya masih punya Dora. Tapi rasa sayang saya sama Pona, tak bisa sepenuhnya untuk Dora. Maafkan saya Dora. Mungkin itulah yang membuat Dora kabur dari rumah.

Hal itu membuat saya menyesal. 3 tahun bersama Pona dan hampir 4 tahun bersama Dora membuat saya merasakan indahnya kasih sayang kepada makhlukNya yang lain selain manusia. Waktu terus berlalu, dan saya tetap dapat dengan mudah bertemu kucing kampung di rumah. Sampai kini pun, menginjak bangku kuliah, saya masih suka sama kucing (Inget yang manis aja). Bahkan, saya sangat suka anggora. Namun, saya gak mampu belinya. Saya juga sangat senang, karena adik terakhir saya justru lebih suka kucing daripada saya.

Tantri punya mainan baru ketika saya posting cerita ini setelah si capung piaraan om saya (capung itu nama kucing), pergi meninggalkan dunia. Ya, kucing blang kuning item putih kampung itu belum dikasi nama. Sebutlah namanya garong walau dia wanita. Karena dia sangat suka menggarong ikan di rumah. Eniwei, sampai saat ini belum ada kucing lain yang dapat menggantikan Pona. I love you Pona.

Thanks to Mom, karena telah mengajarkanku mencintai makhlukNya yang lain. Aku belajar banyak darimu Bu.
Thanks to Yoga dan Tantri yang juga mau mencintai makhlukNya. Kalian adalah teman terbaikku sebelum Pona.
Thanks to Pona karena telah jadi makhluk ter unyu yang membuatku terus mencintai makhluk-makhlukNya yang lain
Thanks to Dora yang selalu bersabar menanti kasih sayangku :*


Pintu-pintu pahala dan penghapus dosa

Apa saja pintu-pintu pahala dan penghapus dosa ya teman-teman? Disini saya posting beberapa yang dijelaskan di dalam lingkaran pertama saya. Ini hanya sebagian saja, karena pintu-pintu pahala sangatlah banyak :)



  • Taubat
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(An-Nuur:31)
  • Menuntut ilmu
Ketahuilah bahwasanya Allah memudahkan orang menuju surga dengan menuntut ilmu
  • Halaqah, dzikir, dan mengaji
Allah sangat suka dengan pertemuan-pertemuan yang mengagungkan Allah
  • Berbuat baik dan mengajak kebaikan
  • Berdakwah di jalan Allah
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Al-Fushilat:33)
  • Amar ma'ruf nahi munkar
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung" (Ali-Imron:104)
  • Belajar, membaca, dan menghapal Qur'an
  • Belajar Qur'an di mesjid
  • Memberi salam

Ketahuilah teman, bahwa sesungguhnya Allah Maha Pemberi. Jikalau kita ingin sesuatu, lekaslah memohon kepadaNya, melalui pintu-pintu pahala dan penghapus dosaNya. :)




Makna syahadat

Ikhwah fillah, materi ini adalah materi yang sangat awal diberikan dalam lingkaran pertama saya. Silakan dibaca :)







SYAHADAT

Syahadat adalah ikrar.
Ikrar tersebut merupakan pernyataan seorang muslim terhadap keimanannya.

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Ali-Imron:81)

Tiga ciri keistiqomahan adalah:
1. Berani (Amar ma'ruf nahi munkar)
2. Ketenangan (Yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita)
3. Optimis menatap masa depan

Syarat-syarat diterimanya syahadat:
1. Ikhlas: karena ikhlaslah yang menentukan segala amal
2. Dibekali dengan ilmu: segala sesuatu haruslah berdasarkan ilmu
3. Keyakinan: keyakinan dalam hati akan menampik keraguan
4. Kejujuran: kejujuran akan menghilangkan segala kebohongan
5. Cinta: karena cintalah yang akan menampik kebencian, cinta juga merupakan landasan keimanan
6. Penerimaan: terimalah segala perintahNya dan segala konsekuensi yang akan dihadapi
7. Pelaksanaan: bagaimana syahadat menjadi kunci atas amal-amal kita.

Syahadat bila kita lakkukan untuk beramal, berilmu, dan melakukan kewajiban maka akan berbuah keikhlasan :)

Self actualizers (Maslow)



Personality and Community Development (baca:PCD) adalah pelajaran yang paling saya suka pas kuliah. Dari situ saya dapet banyak ilmu mengenai karakteristik orang. Bahkan “lebih parahnya” lagi, saya ga cuma disiram ilmu, tapi juga dibentuk jadi pribadi yang lebih baik. Nah, ini saya punya salah satu materinya, silakan dibaca kakak :D

Beberapa ciri-ciri orang yang mencari jati diri menurut studi kasus Maslow:
  1. Pandangan yang efisien terhadap realitas. Mereka tidak membiarkan harapan dan keinginan mereka sendiri untuk mempengaruhi persepsi  mereka. Oleh karena itu, mereka itu mereka dapat mengetahui mana yang tipuan dan palsu.
  2. Penerimaan terhadap diri mereka, orang lain, dan takdir. Mereka menyadari bahwa orang-orang, termasuk mereka sendiri, bisa membuat kesalahan dan kerapuhan, dan mereka menerima itu sebagai fakta. Mereka tidak selalu menilai orang, mengategorikan orang baik atau buruk. Mereka menerima peristiwa alamiah, walaupun musibah, sebagai bagian dari hidup.
  3. Spontanitas. Kebiasaan mereka ditandai dengan kesederhanaan dan kejujuran. Mereka tidak berbohong atau mendesak untuk membuat sebuah pengaruh. Mereka percaya pada dorongan hati mereka.
  4. Berpusat pada permasalahan. Mereka memiliki ketertarikan pada masalah filosofis dan etika yang lebih besar. Persoalan kecil menarik hanya sedikit perhatian mereka.
  5. Daya tarik untuk menyendiri. Mereka nyaman dengan menyendiri.
  6. Kebebasan dalam budaya dan lingkungan. Mereka tidak mengikuti mode. Mereka lebih memilih untuk mengikuti minat sesuai ketetapan diri mereka.
  7. Melanjutkan kenyamanan dalam apresiasi. Mereka memiliki sebuah “otak pemula” untuk setiap kejadian, tidak masalah bagaimana umumnya, dialami sebagai waktu awal. Mereka mengapresiasi hal biasa dan menemukan kesenangan dan kekaguman dalam kesederhanaan.
  8. Lebih sering pada puncak pengalaman. Puncak pengalaman adalah sebuah perasaan sesaat dari keajaiban, kekaguman, dan visi, terkadang disebut “oceanic feeling.” Beberapa orang menyebut mereka sebagai “mystical experiences”, walaupun Maslow mengatakan mereka sering datang selama aktivitas harian biasa, seperti ketika joging atau memasak makan malam. Mereka adalah pengalaman-pengalaman istimewa yang muncul untuk menjadi berharga untuk orang yang mempunyai hal tersebut.
  9. Keinginan tulus untuk membantu ras manusia. Walaupun banyak pencari jati diri hebat dan merupakan orang penting dalam sejarah, orang biasa dapat mengaktualisasi dirinya dengan baik. Semua pencari jati diri, bagaimanapun juga cenderung memiliki kepedulian yang tinggi dan tulus untuk sesama manusia.
  10. Hubungan yang dalam dengan sedikit orang secara relatif. Walaupun mereka sangat peduli orang lain, mereka memiliki sedikit teman-teman yang relatif sangat baik. Mereka cenderung memilih menjadi orang-orang yang sangat pendiam dan membiarkan hanya sedikit orang untuk mengenal mereka.
  11. Nilai berdemokrasi. Mereka hormat dan menilai semua orang dan tidak pandang bulu dalam istilah melakukan stereotip tentang orang berdasarkan ciri-ciri superfisial, seperti bangsa, agama, jenis kelamin, dan umur. Mereka memperlakukan orang-orang lain secara perseorangan.
  12. Kemampuan untuk membedakan antara cara dan tujuan. Mereka senang melakukan sesuatu untuk tujuannya daripada melakukan sesuatu dengan simple untuk tujuan-tujuan dari aktivitas yang hanya dapat terpenuhi. Contohnya, mereka mungkin melakukan berkebun tetapi tidak terlalu banyak jumlah sayurannya, karena mereka mengambil kesenangan dalam proses berkebun tersebut.
  13. Makna filosofis dari humor. Kebanyakan humor adalah sebuah upaya untuk menciptakan kegembiraan dari keadaan bermutu rendah yang dirasakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Pencari jati diri tidak berfikir bahwa lelucon itu lucu. Malah apa yang mereka temukan lucu adalah contoh-contoh dari kebodohan orang secara umumnya. Selera humor mereka cenderung lebih kontemplatif dan berfilosofis.
  14. Kreatifitas. Kreativitas dapatlah pemikiran sebagai kemampuan untuk memandang keterkaitan-keterkaitan antara benda-benda-keterkaitan-keterkaitan yang tidak pernah dilihat seorang pun sebelumnya. Mereka lebih suka menjadi kreatif karena persepsi mereka yang masih fresh bahkan pada benda-benda yang biasa.
  15. Perlawanan kepada enkulturasi. Budaya memberi tahu kepada kita bagaimana untuk berperilaku, bagaimana untuk berpakaian, dan bahkan bagaimana untuk berinteraksi dengan orang lain. Para pencari jati diri tetap terpisah dari peraturan budaya wajib dan perlawanan yang tenggelam dalam kebutuhan masyarakat. Mereka sering mucul berbeda-beda dan bertindak dengan berbeda daripada berkerumun.

Do you want to be success?



Do you want to be success? Check these one. “Because success does not come automatically!!!”


The Criteria to be the Successful Language Learner in Learning foreign Language
By. Bella Annisa Asri

The ability to learn language is different for each person. Some of them are fast to receive and process information, but some others not. This ability is affected by how we do the process correctly to be a successful language learner. A successful language learner is the learner who achieves the best result when learning language. They good in organize and handle the information which is not only from the input process, but also from the output process. Language in this term is a second language which generally called foreign language.
It is not easy to become success in learning language. Why? Because many inadequacy which can interrupt the process, such as no desire of having background knowledge and inhibition. Now, many people are still asking what the criteria to determine whether language learner is success or not are.
The first criterion is a good learner has to have good motivation. Motivation is a good vehicle to escort us to the process of learning. “In second language learning as in every other field of human learning, motivation is the crucial force which determines whether a learner embarks on a task at all, how much energy he devotes to it, and how long he perseveres” (Littlewood, 1984). Motivation in learning language is an enthusiasm and could be a reason of obtaining certain language. It will be good to entice our ambition, so that we will be hard attempting to learn. Motivation could be from each self or from external side likes other people or some reasons. Although it is good, there is still a doubt whether it is motivation that produces successful learning, or successful learning that enhances motivation (Ellis, 1986).
People with high IQs are good in learning foreign language. This second criterion has correlation with the ability of learner to catch some inputs. The higher our IQ, the better we absorb the information. IQ test is determined by some English vocabulary and mathematical reasoning questions and it is make us success in school than in life, but success in learning language is more than it (Pimsleur, 1980). IQ is really helpful to learn, but we must know that language also has a hard effort which IQ test can not be reached.
The third criterion is we must capitalize the golden age. It is a period where human is in special growth for around five years. Parents should give good stimulus to children for learning language to shape their background knowledge. If they already have it, later it is easy entering the next level of the knowledge. It will be different with adults who are as a new learner. They will have difficulties, because of the complex thinking and problems that influence the process, such as adults want to learn but do not heed to the stage that they pass over. However, adults also have many advantages in learning second language because they have better memories, more efficient ways of organizing information, longer attention spans, better study habits, greater ability to handle complex mental tasks, better motivated than children, and also good in grammar and vocabulary  (Rubin and Thompson, 1982).
The next criterion is a good learner is come from an extrovert person. Extrovert means the people who are energetic and good enough in communicating and socializing. Their characters will help their selves mastering the language faster than the introvert learner. As an example, in the classroom setting, we could compare the student which is extrovert and introvert. Usually the introvert one tends to be more passive. They are just shy, quite, and only has a little bit conversation. It is very different with the extrovert one. They are so really attracted to learn new materials. Actually, people in extrovert type will have some advantages; they are good in interaction with other people, pay attention to the teachers, less inhibition which usually happened in oral activity, and they also good in performing or they have a great self-esteem (Littlewood, 1984).
Many people think on how to be a successful learner. Now after we know about the criteria. We only must to maximize what we have to do in order to make our ability increase. If we do not have a good motivation, like we learn language because of external pressure, we will not have successfulness. If we do not have a superior intelligence, we could enlarge our vocabulary through reading articles, watching some news, or listening to the radio news to add more information. In the case of the golden age, parents and teachers should take their turns to shape their children because it is easier to learn when they imitate from the people around them. As some studies investigated that it is easy to learn language even the younger you are. Then, if we are an introvert person, why we can not try to be more extroverts?
Finally, we are basically a good language learner. But to be the successful language learner, we only have to make our own opportunities and efforts to support our basic knowledge more developmental.